Zaman Prasejarah
Zaman Praaksara (nirleka) atau biasa disebut dengan zaman prasejarah adalah penyebutan pada suatu masa ketika catatan
sejarah pada masa itu belum tercatatkan dalam bentuk tulisan.
Zaman prasejarah dan sejarah
dibatasi dengan ditemukannya tulisan.
Berakhirnya zaman prasejarah adalah ketika hal yang terjadi di masa itu
mulai dituliskan . Jadi, singkatnya, sejarah adalah zaman ketika sudah
ditemukan tulisan. Zaman prasejarah tidak berakhir serentak di setiap
tempatnya. Semua hal ini tergantung dengan peradaban masing-masing masyarakat.
Karena pada zaman tersebut tidak
ada tulisan, keterangan dari zaman ini
bisa diketahui melalui berbagai bidang seperti paleontologi, geologi, biologi
dan sebagainya. Selain itu, artefak atau peninggalan seperti senjata, alat
makan, fosil, gambar juga membantu.
Periodisasi
Secara umum, zaman prasejarah di
Indonesia dapat dibagi menjadi dua, yaitu; zaman batu dan zaman logam.
*Zaman Batu
Sesuai namanya, peralatan yang ditemukan dari zaman
ini terbuat dari batu. Pada saat itu,
logam belum ditemukan dan tak ada teknologi lagi yang lebih baik. Kayu
dan tulang juga digunakan. Namun, batu tetap menjadi yang paling utama.
Zaman ini diperiodisasi menjadi 4, yakni ;
Paleolithikum, mesozoikum, megalithikum dan neolithikum.
1. Paleolithikum
Zaman Batu Tua diperkirakan sekitar 600.000 tahun yang lalu.
Kehidupan yang sangat sederhana, hidup berpindah-pindah (nomaden) bergantung
pada alam. mereka mencari makanan dengan cara berburu, mengumpulkan buah,
umbi-umbian, serta menangkap ikan. Apabila sumber makanan di tempat tersebut
habis, mereka akan berpindah ke tempat lain dengan sumber makanan yang tersedia
lebih banyak. Cara hidup seperti ini dinamakan Food Gathering
atau berburu dan mengumpulkan makanan.
Saat itu, barang yang terbuat dari batu masih kasar dan relatif
sederhana. Namun, selain batu, mereka juga menggunakan tulang hewan untuk
memotong.
Peninggalan
a. Alat
Serpih / Flakes
Alat-alat
serpih terbuat dari pecahan-pecahan batu kecil, digunakan sebagai alat penusuk,
pemotong daging, dan pisau. Alatalat serpih banyak ditemukan di daerah
Sangiran, Sragen, Jawa Tengah, masih termasuk Kebudayaan Ngandong.
b. Kapak Genggam
Kapak genggam memiliki bentuk hampir
sama dengan jenis kapak penetak dan perimbas, namun bentuknya jauh lebih kecil.
Fungsinya untuk membelah kayu, menggali umbi-umbian, memotong daging hewan
buruan, dan keperluan lainnya. Pada tahun 1935, peneliti Ralph von Koenigswald berhasil
menemukan sejumlah kapak genggam di Punung, Kabupaten Pacitan, Jawa Timur.
Karena ditemukan di Pacitan maka disebut Kebudayaan Pacitan.
c. Kapak Perimbas
Kapak ini terbuat dari batu, tidak
memiliki tangkai, digunakan dengan cara menggengam. Dipakai untuk menguliti
binatang, memotong kayu, dan memecahkan tulang binatang buruan. Kapak perimbas
banyak ditemukan di daerah-daerah di Indonesia, termasuk dalam Kebudayaan
Pacitan. Kapak perimbas dan kapak genggam dibuat dan digunakan oleh jenis
manusia purba Pithecantropus.
2.
Mesolithikum
Kebudayaan batu madya ditandai oleh adanya usaha
untuk lebih menghaluskan perkakas yang dibuat. Dari penelitian arkeologis
kebudayaan batu madya di Indonesia memiliki persamaan kebudayaan dengan yang ada
di daerah Tonkin, Indochina (Vietnam). Diperkirakan bahwa kebudayaan batu madya
di Indonesia berasal dari kebudayaan di dua daerah yaitu Bascon dan Hoabind.
Oleh karena itu pula kebudayaan dinamakan Kebudayaan Bascon Hoabind.
Hasil-hasil kebudayaan Bascon Hoabind, antara lain berikut ini.
Peninggalan
a. Kapak Sumatra (Pebble)
Bentuk kapak ini bulat, terbuat dari
batu kali yang dibelah dua. Kapak genggam jenis ini banyak ditemukan di
Sepanjang Pantai Timur Pulau Sumatera, antara Langsa (Aceh) dan Medan.
b. Kapak Pendek (Hache courte)
Kapak Pendek sejenis kapak genggam
bentuknya setengah lingkaran. Kapak ini ditemukan di sepanjang Pantai Timur
Pulau Sumatera.
c. Kjokkenmoddinger
Kjokkenmoddinger berasal dari
bahasa Denmark, Kjokken berarti dapur dan modding artinya sampah. Jadi,
kjokkenmoddinger adalah sampah dapur berupa kulit-kulit siput dan kerang yang
telah bertumpuk selama beribu-ribu tahun sehingga membentuk sebuah bukit kecil
yang beberapa meter tingginya. Fosil dapur sampah ini banyak ditemukan di
sepanjang Pantai Timur Pulau Sumatera.
d. Abris sous roche
Abris sous roche adalah gua-gua
batu karang atau ceruk yang digunakan sebagai tempat tinggal manusia purba.
Berfungsi sebagai tempat tinggal.
e. Lukisan di Dinding Gua
Lukisan di dinding gua terdapat di
dalam abris sous roche. Lukisan menggambarkan hewan buruan dan cap tangan
berwarna merah. Lukisan di dinding gua ditemukan di Leang leang, Sulawesi
Selatan, di Gua Raha, Pulau Muna, Sulawesi Tenggara, di Danau Sentani, Papua.
3.
Megalithikum
Istilah megalithikum berasal
dari bahasa Yunani, mega berarti besar dan lithos artinya
batu. Jadi, megalithikum artinya batubatu besar. Manusia pra-aksara menggunakan
batu berukuran besar untuk membuat bangunan-bangunan yang berfungsi sebagai tempat
pemujaan kepada roh-roh nenek moyang. Bangunan didirikan untuk kepentingan
penghormatan dan pemujaan, dengan demikian bangunan megalithikum berkaitan erat
dengan kepercayaan yang dianut masyarakat pra-aksara pada saat itu. Bangunan
megalithikum tersebar di seluruh Indonesia. Berikut beberapa bangunan
megalithikum.
Peninggalan
1. Punden Berundak
Adalah tempat pemujaan. Bangunan ini dibuat dengan
menyusun batu secara bertingkat mirip seperti candi / seperti tangga
raksasa.namun memotong lereng bukit.
2. Menhir
Tiang atau tugu batu yang terbuat dari batu tunggal
dan di tempatkan pada suatu untuk upacara penghormatan roh nenek moyang. Menhir
ditemukan di Sumatera Selatan, Sulawesi Tengah, dan Kalimantan.
3. Dolmen
Meja tempat menaruh sesaji ketika sedang
diadakan upacara. Tapi ada juga yang menggunakannya sebagai kubur batu. Tempat : Bondowoso, Jawa Timur.
4. Waruga
Peti jenazah kecil yang berbentuk kubus dan
ditutup batu lain yang mempunyai bentuk seperti atap rumah.
Waruga banyak ditemukan di daerah Minahasa, Sulawesi Tengah dan Sulawesi Utara.
5. Arca
Banyak ditemukan di Sumatera Selatan, Lampung, Jawa Tengah, dan Jawa
Timur.
Arca ini banyak mengambarkan bentuk-bentuk
manusia dan binatang seperti gajah, harimau, babi, rusa. Diteliti oleh Von
Heine Geldern.
6. Sarkofagus
merupakan keranda adalah peti jenazah yang
berbentuk palung atau lesung, tetapi mempunyai tutup. Sarkopagus banyak
ditemukan di Bali dan Sumatera
Barat.
7. Peti kubur
Terbuat dari batu-batu besar. Kubur batu dibuat
dari papan batu yang disusun persegi empat berbentuk peti mayat yang dilengkapi
dengan alas dan bidang atasnya juga berasal dari papan batu.
Banyak di temukan di daerah Kuningan, Jawa
Barat.
4.
Neolithikum
Pada zaman ini manusia sudah tidak
hidup di dalam goa. Mereka sudah hidup menetap walaupun masih dalam
kondisi rumah tempat tinggal yang sangat sederhana. Pola kehidupan ini disebut Sedenter. Manusia purba pada masa ini sudah mengenal cara bercocok tanam dan berternak dengan baik, seperti
menanam padi, ketela pohon, sayuran, memelihara ternak, dsb. Diperkirakan
manusia yang hidup pada masa ini adalah berasal dari ras Proto Melayu yang
datang ke Indonesia . Mereka bertempat tinggal di Indonesia bagian timur.
Peninggalan
a.
Kapak Persegi
Kapak
persegi dibuat dari batu persegi. Kapak ini dipergunakan untuk mengerjakan
kayu, menggarap tanah, dan melaksanakan upacara. Di Indonesia, kapak persegi
atau juga disebut beliung persegi banyak ditemukan di Jawa, Kalimantan Selatan,
Sulawesi, dan Nusatenggara.
b. Kapak
Lonjong
Kapak
ini disebut kapak lonjong karena penampangnya berbentuk lonjong. Ukurannya ada
yang besar ada yang kecil. Alat digunakan sebagai cangkul untuk menggarap tanah
dan memotong kayu atau pohon. Jenis kapak lonjong ditemukan di Maluku, Papua,
dan Sulawesi Utara.
c.
Mata Panah
Mata
panah terbuat dari batu yang diasah secara halus. Gunanya untuk berburu.
Penemuan mata panah terbanyak di Jawa Timur dan Sulawesi Selatan.
d.
Gerabah
Gerabah
dibuat dari tanah liat. Fungsinya untuk berbagai keperluan.
e.
Perhiasan
Masyarakat
pra-aksara telah mengenal perhiasan, diantaranya berupa gelang, kalung, dan
anting-anting. Perhiasan banyak ditemukan di Jawa Barat, dan Jawa Tengah.
f.
Alat Pemukul Kulit Kayu
Alat
pemukul kulit kayu digunakan untuk memukul kulit kayu yang akan digunakan
sebagai bahan pakaian. Adanya alat ini, membuktikan bahwa pada zaman
neolithikum manusia pra-aksara sudah mengenal pakaian.
*Zaman Logam
Zaman logam
adalah zaman dimana manusia sudah mengenal teknologi pertukangan secara
sederhana. Pada masa ini manusia mulai mengenal logam perunggu dan besi.
Pengolahan logam memerlukan suatu tempat dan keahlian khusus. Tempat untuk
mengolah logam dikenal dengan nama perundagian dan orang yang ahli mengerjakan
pertukangan logam disebut undagi. Maka zaman logam disebut juga zaman
perundagian.
Secara umum,
zaman logam dapat dibagi menjadi besi, perunggu dan tembaga. Namun untuk di
Indonesia sendiri umumnya, logam yang digunakan adalah besi dan perunggu.
1.
Zaman Perunggu
Zaman perunggu
atau yang dalam Bahasa Inggrisnya dikenal sebagai Bronze Age adalah periode sebuah kebudayaan yang berkembang dengan
mengenal teknik peleburan bahan tembaga dari hasil bumi untuk menghasilkan
perunggu.
Masa dimulainya
zaman perunggu di setiap peradaban berbeda-beda. Semua itu bergantung pada
kemajuan masing-masing kebudayaan.
Dimulainya zaman
ini, merupakan pertanda peradaban modern mulai terbentuk. Pada masa ini,
tulisan paku pertama atau yang biasa disebut kuneiform pertama kali ditemukan.
Di masa ini pula, roda ditemukan untuk pertama kalinya oleh Bangsa Sumeria.
Sejarah Zaman Perunggu
·
6000
SM – Masyarakat kuno memanfaatkan tembaga. Beberapa benda kecil dari perunggu
dibuat di Timur Tengah.
·
5500
SM – Sistem irigasi pertama kali muncul di Mesopotamia
·
4500
SM – Bajak dipakai pertama kali di Mesopotamia. Layar mulai pada perahu di Sungai Tigris dan Sungai Efrat.
·
3500
SM – Perkotaan pertama dibangun di Mesopotamia. Di sini orang mulai menggunakan
perunggu. Mulailah zaman perunggu di Timur Tengah.
·
3500
SM – Tulisan gambar muncul di Mesopotamia.
·
2800
SM – Di lembah Sungai Indus timbul kebudayaan zaman perunggu,
suatu peradaban India yang bertumpu pada pertanian.
·
2500
SM – Penggunaan perunggu menyebar ke Eropa.
·
2100
SM – Kota Ur di Sumeria mencapai puncak kejayaannya.
·
Sekitar
1600 SM – Zaman perunggu mulai di Cina. Bejana untuk upacara terbuat dari
perunggu.
·
Sekitar
1200 SM – Kerajaan Asiria berdiri.
·
1000
SM – Besi menggantikan perunggu sebagai logam utama.
Peninggalan
1. Nekara
Nekara adalah semacam berumbung dari perunggu yang
berpinggang di bagian tengahnya dan sisi atasnya tertutup. Nekara mirip dengan
dandang (gendang) yang ditelungkupkan. Nekara digunakan sebagai alat dalam
kegiatan upacara yang berfungsi sebagai genderang. Nekara banyak ditemukan di
Indonesia khususnya Bali, Bima, Sumbawa, Pulau Alor, Pulau Jawa, Flores,
Maluku, dll.
2. Kapak Corong
Kapak corong adalah benda dari perunggu yang mempunyai
pangkal seperti ekor burung sriti dan bagian tengahnya berongga. Bagian tengah
tersebut digunakan untuk menempatkan gagang. Kapak corong banyak ditemukan di
Sumatra, Jawa, Bali, Sulawesi, Flores, Banda, dll.
3. Arca Perunggu
Arca perunggu yang berkembang memiliki bentuk yang beraneka
ragam, seperti bentuk manusia dan binatang. Pada umumnya arca perunggu
berukuran kecil dan dilengkapi cincin di bagian atasnya yang berfungsi untuk
menggantungkan arca. Arca ini biasa digunakan sebagai liontin kalung. Arca
perunggu banyak ditemukan di Riau, Palembang, Malang, dan Bogor.
4. Bejana Perunggu
Bejana perunggu hanya ditemukan dua buah di Indonesia yaitu
di Sumatra dan Madura. Bejana perunggu berbentuk bulat panjang. Bejana ini
dibuat dari dua lempengan perunggu yang cembung. Bejana yang ditemukan di
Kerinci (Sumatra) berukuran panjang 50,8 cm dengan lebar 37 cm. Sementara yang
ditemukan di Asemjarang, Sampang (Madura) mempunya ukuran tinggi 90 cm dan
lebar 54 cm.
5. Perhiasan Perunggu
Perhiasan perunggu adalah perhiasan yang sangat populer pada
zaman perunggu, baik dari golongan atas maupun bawah. Perhiasan tersebut berupa
anting, giwang, kalung, gelang kaki, dll.
2.
Zaman Besi
Selaras dengan
namanya, pada masa itu penggunaan besi sangat dominan. Besi banyak digunakan
sebagai alat dan senjata. Penggunaan bahan ini banyak membawa perubahan pada
masyarakat masa tersebut. Seperti pada bidang kepercayaan dan pola hidup.
Pada Zaman Besi,
pertanian dan peternakan sudah berkembang. Masyarakat sudah mulai
membudidayakan berbagai macam tanaman sekaligus hewan ternak. Alih-alih
berbasis pada suku-suku kecil, kerajaan sudah mulai terbentuk pada zaman ini
yang disertai dengan berbagai usaha penaklukan.Sementara mayoritas Asia dan
Eropa sudah memasuki Zaman Besi, bagian dunia lain masih hidup nomaden sebagai
pemburu-pengumpul, termasuk Amerika, sebagian besar Afrika, dan Australia.
Perkakas pada Zaman Besi seperti pedang dan alat pertanian sebenarnya mirip
dengan yang dihasilkan pada Zaman Perunggu. Bedanya, produk-produk tersebut
terbuat dari besi sehingga lebih kuat dan tahan lama.
Peninggalan
1. Mata Panah
Mata panah merupakan salah satu
alat berburu nan dibuat pada zaman tersebut. Perkembangan mata panah pun memang
terjadi seiring dengan budaya nan mengikutinya. Awalnya, mata panah dibuat
dengan meruncingkan kayu menggunakan tulang. Batu kemudian pada zaman di mana
besi telah bisa diolah buat dijadikan peralatan serta senjata , maka dibuat
pula mata panah tersebut. Tentu saja hasilnya akan lebih baik dan awet jika
dibanding dengan bahan standar sebelumnya.
Alat ini
sering dipakai buat menangkap ikan ataupun berburu hewan-hewan lainnya. Mata
panah ini banyak ditemukan di gua-gua dekat sungai. Loka inovasi alat tersebut
salah satunya berada di Maros dan Kalumpang (Sulawesi Selatan). Inovasi alat
nan terbuat dari besi tersebut di Sulawesi menandakan bahwa di Indonesia juga
melewati Zaman Besi. Hal tersebut sebab tak semua negara melalui Zaman Besi,
salah satunya Amerika Serikat. Negara tersebut mengenal besi setelah
dikolonialisasi oleh Eropa.
2. Perhiasan
Selain peralatan berburu, besi
pada zaman tersebut juga dibuat sebagai perhiasan. Hal tersebut bisa dibuktikan
dengan banyak ditemukannya perhiasan nan diperkirakan oleh para peneliti dibuat
pada Zaman Besi. Perhiasan seperti gelang dan manik-manik merupakan peninggalan
pada Zaman Besi nan banyak ditemukan.
3. Mata Pisau
Mata pisau merupakan alat
bernilai hemat tinggi. Mata pisau ini bisa digunakan sebagai pertahanan diri
dari binatang buas . Berarti pisau ini juga memiliki kegunaan sebagai alat buat
melindungi diri atau senjata nan berguna buat melindungi dari binatang buas nan
pada waktu itu masih banyak ditemui.
Selain
digunakan sebagai alat buat melindungi diri, mata pisau juga dijadikan sebagai
alat buat mengumpulkan makanan. Bahan makanan dari hasil buruan maupun tanaman
sekitarnya bisa dikumpulkan menggunakan mata pisau ini. Tentu dengan
ditemukannya alat tersebut, akan memudahkan manusia buat mengolah makanannya.
Alatnya tak terlalu besar seperti kapak, hanya tipis dan kecil, sehingga
praktis digunakan.
Mata
pisau juga digunakan sebagai alat buat membuat loka perlindungan. Loka
konservasi nan dimaksud dapat berupa rumah. Dengan mata pisau, dapat
menggunakannya buat mengumpulkan tanaman nan dapat dijadikan atap maupun alas
buat loka perlindungannya. Alat ini rupanya sangat multiguna.
4. Mata Sabit
Besi juga dapat dibuat sebagai
mata sabit. Mata sabit ditemukan pada zaman besi diduga digunakan sebagai
menyabit tumbuhan. Kegunaannya hampir sama dengan mata pisau. Alat ini hanya
sedikit besar dibanding dengan mata pisau. Sampai saat ini, sabit masih
digunakan sebagai alat pertanian.
5. Mata Pedang
Pedang pertama kali diperkirakan
dipakai oleh bangsa Hittie, Myceania, Yunani, dan Proto-Celtit Halstatt. Besi
pada waktu itu memang tersedia dalam jumlah nan banyak. Tidak heran jika
kemudian manusia nan mulai berkembang akal pikirannya mengubah biji besi
menjadi peralatan perang dari besi. Pembuatan pedang awalnya memiliki kualitas
nan sangat buruk. Bahkan, hasil dari besi terbaik membuat sebuah pedang nan
lebih buruk dari perunggu.
Setelah
melakukan beberapa penelitian, maka ditemukanlah campuran pembuatan pedang besi
agar tak mudah ringkih dan lunak. Karbon merupakan bahan tambahan nan dipercaya
akan membuat besi menghasilkan pedang dengan kualitas bagus. Saat ini, besi
campuran karbon tersebut dikenal dengan besi baja. Pada zaman ini pula,
ditemukan bagaimana pola membuat pedang .
Pedang
merupakan peralatan perang nan memiliki prastise tinggi. Pedang biasanya dibuat
lebih panjang. Pedang juga dapat dibuat bermata dua maupun bermata tunggal.
Pedang juga memiliki beberapa jenis, di antaranya pedang bermata ganda, pedang
bermata tunggal, pedang satu tangan, serta pedang dua tangan.
Manusia Purba
Manusia Purba adalah jenis manusia pada zaman prasejarah,
manusia purba memiliki jenis-jenis dan ciri-ciri masing-masing dari ciri-ciri
tersebut dapat ditemukan jenis manusia purba ini dan dari Penelitian manusia
purba dilakukan dengan mengadakan peneliatian penggalian wilayah yang
diperkirakan sebagai tempat hidup manusia purba. Penggalian itu menghasilkan
temuaberupa sisa-sisa tumbuh-tumbuhan, hewan, dan manusia yang sudah membantu
(fosil). Fosil tumbuhan, hewan dan manusia itu ditemukan di lapisan bumi
tertentu. Dengan mengetahui umur lapisan bumi, dapat ditemukan umur fosil.
I. JENIS MANUSIA PURBA DAN CIRI-CIRINYA
Penelitian fosil
manusia purba di Indonesia dimulai pada akhir abad ke-19 Tokoh penelitian
manusia purba di Indonesia adalah Eugene Dubois. Keberhasilannya menemukan
fosil atap tengkorak di Trinil (tahun 1891) menjadi bagian penting
dalam sejarah palaeoantropologi. Peristiwa itu sekaligus mengawali
serangkaian penelitian fosil manusia purba di Indonesia.
A. MEGANTHROPUS PALAEOJAVANICUS
Meganthropus
Palaeojavanicus: manusia raksasa dari Jawa kuno.
Fosil
manusia purba ini adalah jenis paling tua yang pernah ditemukan di Indonesia.
Penemunya adalah Ralph von Koenzgswald di Fosil yang ditemukan berupa
rahang bawah dan atas gigi lepas. Dengan cara stratigrafi diketahui
fosil tersebut berada pada lapisan Puçangan. Berdasarkan umur lapisan tanah,
diperkirakan fosil Megantropus Paleojavanicus berumur 1-2 juta tahun.
Ciri-ciri Meganthropus Palaeojavanicus
§ Berbadan
tegap dengan tonjolan tajam di belakang kepala.
§ Bertulang
pipi tebal, dengan tonjolan kening yang mencolok.
§ Tidak
berdagu.
§ Otot
kunyah, gigi, dan rahang besar dan kuat.
§ Makanannya
jenis tumbuh-tumbuhan.
B. PITHECANTHROPUS
Pithecanthropus: Manusia Kera
Fosil
manusia purba jenis Pithecantropus adalah jenis manusia purba yang
paling banyak ditemukan di Indonesia. Dengan cara stratigrafi, diketahui fosil
tersebut berada pada lapisan Pucangan dan Kabuh. Berdasarkan umur lapisan
tanah, diperkirakan fosil Pithecanthropus amat bervariasi umumya,
antara 30.000-2 juta tahun.
Ciri-ciri Pithecantropus
§ Tinggi tubuhnya kira-kira 165 - 180 cm.
§ Badan
tegap, namun tidak setegap Meganthropus.
§ Tonjolan
kening tebal dan melintang sepanjang pelipis.
§ Otot
kunyah tidak sekuat Meganthropus.
§ Hidung
lebar dan tidak berdagu.
§ Makanannya
bervariasi tumbuhan dan daging hewan buruan.
Jenis-Jenis Pithecanthropus
1.
Pithecanthropus Mojokertensis (manusia kera dari Mojokerto)
Fosil
manusia purba jenis ini ditemukan oleh Von Koenigswald di dekat
Mojokerto , jawa timur, pada tahun 1936. Fosil berupa tengkorak. Fosil
tersebut disebut jugaPithecanthropus Robustua..
2.
Pithecanthropus Erectus (manusia kera yang berjalan tegak)
Fosil
manusia purba jenis ini ditemukan oleh Eugene Dubois pada tahun 1890
di Trinil, Lembah Bengawan Solo. Fosil berupa tulang rahang, bagian atas
tengkorak. geraham, dan tulang kaki.
3.
Pithecanthropus Soloensis (manusia kera dari Solo)
Fosil
manusia purba jenis ini ditemukan oleh von Koenigswald dan Openorth
di Ngandong dan Sangiran, di tepi Bengawan Solo, antara tahun 1931 - 1933.
Fosil berupa tengkorak dan tulang kering.
C. HOMO
Homo: manusia
Fosil
manusia purba jenis homo adalah paling muda dibandingkan fosil
manusia purba jenis lainnya. Disebut juga homo Erectus (manusia
berjalan tegak) atau Homo Sapiens (manusia cerdas /bijaksana). Dengan
cara stratigrafi, diketahui fosil tersebut berada pada lapisan Notopurpo.
Berdasarkan umur lapisan tanah, diperkirakan fosil Homo amat bervariasi
umurnya, antara 25.000-40.000 tahun.
Ciri-ciri Homo
§ Tinggi
tubuh 130 - 210 cm.
§ Otak
lebih berkembang daripada Meganthropus dan Pithecanthropus.
§ Otot
kunyah, gigi, dan rahang sudah menyusut.
§ Tonjolan
kening sudah berkurang dan sudah berdagu.
§ Mempunyaj
ciri-ciri ras Mongoloid dan Austramelanosoid
Jenis-Jenis Homo
1. Homo
Soloensis (manusia dan Solo)
Fosil
manusia purba jenis ini ditemukan Von Koenigswald dan Weidenrich pada tahun
193-1934 dilembah Bengawan Solo. Fosil yang ditemuka berupa tengkorak. Dari
Volume Otaknya, bukan lagi manusia kera ( Pithecantropus)
2. Homo
Wajakensjs (manusia dan Wajak)
Fosil
manusia purba jenis ini ditemukan oleh Dubois pada tahun 1889 di daerah Wajak
dekat Tulungagung. Manusia jenis ini sudah mampu membuat alat-alat dan batu
maupun tulang. Mereka juga telah mengenal cara memasak makanan.
JENIS MANUSIA PURBA DI LUAR INDONESIA
Selain di
Indonesia, fosil manusia purba juga ditemukan di luar Indonesia, seperti di
Cina, Eropa, dan Afrika. Fosil manusia purba di luar Indonesia adalah sebagai
berikut.
A. Australopithecus
Africanus
Fosil manusia purba jenis ini ditemukan di Taung, dekat Vryburg, Afrika
Selatan. Fosil ini ditemukan oleh Raymond Dart, pada tahun 1924.
Diperkirakan manusia jenis ini hidup 2-3 juta tahun yang lalu.
B.
Sinanthropus Pekinensis
Fosil manusia purba jenis ini ditemukan di gua Choukoutien, Peking (sekarang
Beijing), RRC. Fosil ini ditemukan oleh Davidson Black pada tahun
1927. Manusia purba jenis ini termasuk homo sapiens sehingga sering kali
disebut juga disebut Homo Pekinensis.
C. Homo
Neanderthalensis
Fosil manusia purba jenis Ini ditemukan di lembah sungai Neander, dekat
Dusseldorf, Jerman, oleh Rudolf Virchow. Ciri-ciri manusia
purba ini mendekati ciri-ciri Homo Wajakensis.
D. Homo
Rhodesiensis
Fosil manusia purba jenis ini ditemukan oleh Raymond
Dart dan Robert Brom pada tahun 1924 di gua Broken Hill,
Rhodesia (sekarang menjadi Zimbabwe).
E. Homo
Cro-Magnon
Fosil manusia purba jenis ini ditemukan di gua Cro-Magnon, dekat Lez Eyzies, sebelah
barat daya Prancis. Fosil tersebut pertama kali ditemukan pada tahun 1868.
Ciri-ciri manusia purba jenis ini mendekati ciri-ciri manusia modern.
Source
: