Friday, January 30, 2015


Teori Masuknya Hindu ke Indonesia


Perjalanan masuknya agama Hindu ke Indonesia melalui serangkaian proses yang cukup panjang. Terdapat banyak teori mengenai cara masuknya agama tertua di dunia ini di Indonesia. Pada umumnya teori-teori tersebut terbagi atas dua pandangan yang berbeda. Yang pertama, teori tersebut menyatakan peran orang India itu sendiri yang membawakannya. Sedangkan dalam sudut pandang lainnya, menyatakan bahwa orang Indonesia sendiri yang membawakan agama tersebut.
Teori-teori tersebut antara lain adalah sebagai berikut;
1.       Teori Brahmana
Teori ini menyatakan bahwa agama Hindu masuk ke Indonesia melalui para agamawan yang termasuk ke dalam kasta brahmana. Para ahli berpendapat, bahwa, pada saat tersebut, para penguasa Indonesia sendirilah yang mengundang para brahmana tersebut untuk datang dan menobatkan para raja. Teori ini didasari dengan berbagai pengamatan terhadap peninggalan kerajaan yang bercorak Hindu. Terutama terhadap penggunaan bahsa sanskerta dan huruf pallawa pada prasasti tersebut.
2.       Teori Ksatria
Teori ini menyatakan bahwa agama Hindu yang ada di Indonesia dibawa oleh para kaum ksatria. Salah satu pendapat dalam teori ini menyatakan, pada zaman tersebut terjadi peperangan antar kerajaan. Para prajurit yang kalah mengungsi ke Indonesia dan mendirikan koloni-koloni tersendiri yang menjadi besar di kemudian harinya. Selain itu, pendapat juga mengatakan bahwa kaum ksatria tersebut terlibat konflik dalam kerajaan Indonesia yang kemudian berhasil mereka bantu, dan sebagai imbalan, mereka dinikahkan dengan putri-putri kerajaan.
3.       Teori Waisya
Perantara penyebaran agama Hindu menurut teori ini adalah para pedagang yang berada di kasta Waisya. Teori mengatakan bahwa para pedagang sudah jauh lebih dahulu mengenalkan agama Hindu kepada masyarakat Indonesia melalui sistem perdagangan yang terjadi.  Pada saat tersebut, perdagangan terjadi melewati jalur laut. Perdagangan dan pelajaran sangat bergantung pada musim. Pada saat musim tidak memungkinkan, para pedagang tersebut dikatakan banyak yang menetap di Indonesia. Oleh karena itu, terjadilah perkawinan dengan para wanita pribumi.
4.       Teori Sudra
Menurut teori ini, para penyebar agama Hindu berasal dari kalangan budak yang berasal dari kasta sudra yang pergi dari India dan menetap di Indonesia. Para budak yang menetap itu menyebarkan agama Hindu di Indonesia. Misalnya, dengan cara perkawinan.
5.       Teori Arus Balik
Menurut teori ini, para pembawa agama Hindu datang ke Indonesia dan mulai menyebarkannya. Lalu, karena ajarannya banyak menarik simpati, maka masyarakat pribumi juga ikut menyebarkannya. Jadi, peran penyebar disini berada dari dua pihak. Yakni, bangsa India itu sendiri dan masyarakat Indonesia.
6.       Teori Nasional
Berdasarkan teori nasional, para penyebar agama Hindu berasal dari bangsa Indonesia itu sendiri. Para pedagang datang ke India untuk berdagang, lalu pulang membawa kebudayaan India dan agama Hindu. Ada juga yang mengatakan banyak pemuda Indonesia yang dengan sengaja datang ke India untuk mempelajari agama Hindu untuk kemudian disebarkan ke Indonesia.

Pengaruh Agama Hindu di Indonesia

Masuknya agama Hindu ke Indonesia membawa banyak pengaruh di berbagai aspek kehidupan masyarakat.
a.       Agama
Sebelum agama hindu masuk, masyarakat Indonesia mulanya adalah penganut animisme, namun semenjak

mereka mengenal ajaran ini, mereka beralih kepercayaan jadi pemeluk agama Hindu.
b.      Pemerintahan
Ketika ajaran Hindu masuk, pemerintahan mulai banyak dikendalikan oleh bangsa India.  Dalam sistem ini, kelompok wilayah kecil bersatu dengan pemiliik wilayah yang lebih luas. Oleh karena itu, lahirlah kerajaan seperti Kutai, Tarumanegara dsb.
c.       Bahasa
Bidang bahasa ikut terpengaruhi oleh dampak masuknya agama Hindu. Banyak ditemukan peninggalan prasasti berbahasa Sanskerta dan berhuruf Pallawa yang ditinggalkan oleh kerajaan bercorak Hindu pada masa terdahulu.
d.      Arsitektur
Terdapat banyak candi berukiran relief cerita India. Seperti kisah Ramayana. Arsitektur candi-candi terseburt merupakan bentuk khas yang berasal dari India.
e.      Sastra
Berkembangnya pengaruh India di Indonesia membawa kemajuan besar dalam bidang sastra. Karya sastra terkenal yang mereka bawa adalah kitab Ramayana dan Mahabarata. Adanya kitab-kitab itu memacu para pujangga Indonesia untuk menghasilkan karya sendiri. Karya-karya sastra yang muncul di Indonesia:
1.       Arjunawiwaha, karya Mpu Kanwa
2.       Sotasoma, karya Mpu Tantular, dan
3.       Negarakertagama, karya Mpu Prapanca



Thursday, January 15, 2015

Zaman Prasejarah


Zaman Prasejarah
Zaman Praaksara (nirleka)  atau biasa disebut dengan zaman prasejarah  adalah penyebutan pada suatu masa ketika catatan sejarah pada masa itu belum tercatatkan dalam bentuk tulisan.
Zaman prasejarah dan sejarah dibatasi dengan ditemukannya tulisan.  Berakhirnya zaman prasejarah adalah ketika hal yang terjadi di masa itu mulai dituliskan . Jadi, singkatnya, sejarah adalah zaman ketika sudah ditemukan tulisan. Zaman prasejarah tidak berakhir serentak di setiap tempatnya. Semua hal ini tergantung dengan peradaban masing-masing masyarakat.
Karena pada zaman tersebut tidak ada tulisan,  keterangan dari zaman ini bisa diketahui melalui berbagai bidang seperti paleontologi, geologi, biologi dan sebagainya. Selain itu, artefak atau peninggalan seperti senjata, alat makan, fosil, gambar juga membantu.

Periodisasi
Secara umum, zaman prasejarah di Indonesia dapat dibagi menjadi dua, yaitu; zaman batu dan zaman logam.

*Zaman Batu
Sesuai namanya, peralatan yang ditemukan dari zaman ini terbuat dari batu. Pada saat itu,  logam belum ditemukan dan tak ada teknologi lagi yang lebih baik. Kayu dan tulang juga digunakan. Namun, batu tetap menjadi yang paling utama.
Zaman ini diperiodisasi menjadi 4, yakni ; Paleolithikum, mesozoikum, megalithikum dan neolithikum.

1.  Paleolithikum
Zaman Batu Tua diperkirakan sekitar 600.000 tahun yang lalu. Kehidupan yang sangat sederhana, hidup berpindah-pindah (nomaden) bergantung pada alam. mereka mencari makanan dengan cara berburu, mengumpulkan buah, umbi-umbian, serta menangkap ikan. Apabila sumber makanan di tempat tersebut habis, mereka akan berpindah ke tempat lain dengan sumber makanan yang tersedia lebih banyak. Cara hidup seperti ini dinamakan Food Gathering atau berburu dan mengumpulkan makanan.

Saat itu, barang yang terbuat dari batu masih kasar dan relatif sederhana. Namun, selain batu, mereka juga menggunakan tulang hewan untuk memotong.
                                                                                        



Peninggalan

a.  Alat  Serpih  / Flakes
Alat-alat serpih terbuat dari pecahan-pecahan batu kecil, digunakan sebagai alat penusuk, pemotong daging, dan pisau. Alatalat serpih banyak ditemukan di daerah Sangiran, Sragen, Jawa Tengah, masih termasuk Kebudayaan Ngandong.


b. Kapak Genggam
Kapak genggam memiliki bentuk hampir sama dengan jenis kapak penetak dan perimbas, namun bentuknya jauh lebih kecil. Fungsinya untuk membelah kayu, menggali umbi-umbian, memotong daging hewan buruan, dan keperluan lainnya. Pada tahun 1935, peneliti Ralph von Koenigswald berhasil menemukan sejumlah kapak genggam di Punung, Kabupaten Pacitan, Jawa Timur. Karena ditemukan di Pacitan maka disebut Kebudayaan Pacitan.



c. Kapak Perimbas
Kapak ini terbuat dari batu, tidak memiliki tangkai, digunakan dengan cara menggengam. Dipakai untuk menguliti binatang, memotong kayu, dan memecahkan tulang binatang buruan. Kapak perimbas banyak ditemukan di daerah-daerah di Indonesia, termasuk dalam Kebudayaan Pacitan. Kapak perimbas dan kapak genggam dibuat dan digunakan oleh jenis manusia purba Pithecantropus.




2.        Mesolithikum
Kebudayaan batu madya ditandai oleh adanya usaha untuk lebih menghaluskan perkakas yang dibuat. Dari penelitian arkeologis kebudayaan batu madya di Indonesia memiliki persamaan kebudayaan dengan yang ada di daerah Tonkin, Indochina (Vietnam). Diperkirakan bahwa kebudayaan batu madya di Indonesia berasal dari kebudayaan di dua daerah yaitu Bascon dan Hoabind. Oleh karena itu pula kebudayaan dinamakan Kebudayaan Bascon Hoabind. Hasil-hasil kebudayaan Bascon Hoabind, antara lain berikut ini.

Peninggalan
a. Kapak Sumatra (Pebble)
Bentuk kapak ini bulat, terbuat dari batu kali yang dibelah dua. Kapak genggam jenis ini banyak ditemukan di Sepanjang Pantai Timur Pulau Sumatera, antara Langsa (Aceh) dan Medan.


b. Kapak Pendek (Hache courte)
Kapak Pendek sejenis kapak genggam bentuknya setengah lingkaran. Kapak ini ditemukan di sepanjang Pantai Timur Pulau Sumatera.

c. Kjokkenmoddinger
Kjokkenmoddinger berasal dari bahasa Denmark, Kjokken berarti dapur dan modding artinya sampah. Jadi, kjokkenmoddinger adalah sampah dapur berupa kulit-kulit siput dan kerang yang telah bertumpuk selama beribu-ribu tahun sehingga membentuk sebuah bukit kecil yang beberapa meter tingginya. Fosil dapur sampah ini banyak ditemukan di sepanjang Pantai Timur Pulau Sumatera.

d. Abris sous roche
Abris sous roche adalah gua-gua batu karang atau ceruk yang digunakan sebagai tempat tinggal manusia purba. Berfungsi sebagai tempat tinggal.



e. Lukisan di Dinding Gua
Lukisan di dinding gua terdapat di dalam abris sous roche. Lukisan menggambarkan hewan buruan dan cap tangan berwarna merah. Lukisan di dinding gua ditemukan di Leang leang, Sulawesi Selatan, di Gua Raha, Pulau Muna, Sulawesi Tenggara, di Danau Sentani, Papua.

3.        Megalithikum
Istilah megalithikum berasal dari bahasa Yunani, mega berarti besar dan lithos artinya batu. Jadi, megalithikum artinya batubatu besar. Manusia pra-aksara menggunakan batu berukuran besar untuk membuat bangunan-bangunan yang berfungsi sebagai tempat pemujaan kepada roh-roh nenek moyang. Bangunan didirikan untuk kepentingan penghormatan dan pemujaan, dengan demikian bangunan megalithikum berkaitan erat dengan kepercayaan yang dianut masyarakat pra-aksara pada saat itu. Bangunan megalithikum tersebar di seluruh Indonesia. Berikut beberapa bangunan megalithikum.
Peninggalan
1. Punden Berundak 
Adalah tempat pemujaan. Bangunan ini dibuat dengan menyusun batu secara bertingkat mirip seperti candi / seperti tangga raksasa.namun memotong lereng bukit.
2. Menhir
Tiang atau tugu batu yang terbuat dari batu tunggal dan di tempatkan pada suatu untuk upacara penghormatan roh nenek moyang. Menhir ditemukan di Sumatera Selatan, Sulawesi Tengah, dan Kalimantan.
3. Dolmen
 Meja tempat menaruh sesaji ketika sedang diadakan upacara. Tapi ada juga yang menggunakannya sebagai kubur batu. Tempat : Bondowoso, Jawa Timur.

4. Waruga
Peti jenazah kecil yang berbentuk kubus dan ditutup batu lain yang mempunyai bentuk seperti  atap  rumah.  Waruga banyak ditemukan di daerah Minahasa, Sulawesi Tengah dan Sulawesi Utara.

5. Arca
Banyak ditemukan di Sumatera Selatan, Lampung, Jawa Tengah, dan Jawa Timur.
Arca ini banyak mengambarkan bentuk-bentuk manusia dan binatang seperti gajah, harimau, babi, rusa. Diteliti oleh Von Heine Geldern.
6. Sarkofagus
merupakan  keranda adalah peti jenazah yang berbentuk palung atau lesung, tetapi mempunyai tutup. Sarkopagus banyak ditemukan di Bali dan Sumatera Barat.
7. Peti kubur
Terbuat dari batu-batu besar. Kubur batu dibuat dari papan batu yang disusun persegi empat berbentuk peti mayat yang dilengkapi dengan alas dan bidang atasnya juga berasal dari papan batu.
Banyak di temukan di daerah Kuningan, Jawa Barat.

4.        Neolithikum
Pada zaman ini manusia sudah tidak hidup di dalam goa. Mereka sudah hidup menetap  walaupun masih dalam kondisi rumah tempat tinggal yang sangat sederhana. Pola kehidupan ini disebut Sedenter. Manusia purba pada masa ini sudah mengenal cara bercocok tanam dan berternak dengan baik, seperti menanam padi, ketela pohon, sayuran, memelihara ternak, dsb. Diperkirakan manusia yang hidup pada masa ini adalah berasal dari ras Proto Melayu yang datang ke Indonesia . Mereka bertempat tinggal di Indonesia bagian timur.


Peninggalan
a. Kapak Persegi
Kapak persegi dibuat dari batu persegi. Kapak ini dipergunakan untuk mengerjakan kayu, menggarap tanah, dan melaksanakan upacara. Di Indonesia, kapak persegi atau juga disebut beliung persegi banyak ditemukan di Jawa, Kalimantan Selatan, Sulawesi, dan Nusatenggara.


b. Kapak Lonjong
Kapak ini disebut kapak lonjong karena penampangnya berbentuk lonjong. Ukurannya ada yang besar ada yang kecil. Alat digunakan sebagai cangkul untuk menggarap tanah dan memotong kayu atau pohon. Jenis kapak lonjong ditemukan di Maluku, Papua, dan Sulawesi Utara.


c. Mata Panah
Mata panah terbuat dari batu yang diasah secara halus. Gunanya untuk berburu. Penemuan mata panah terbanyak di Jawa Timur dan Sulawesi Selatan.


d. Gerabah
Gerabah dibuat dari tanah liat. Fungsinya untuk berbagai keperluan.

e. Perhiasan
Masyarakat pra-aksara telah mengenal perhiasan, diantaranya berupa gelang, kalung, dan anting-anting. Perhiasan banyak ditemukan di Jawa Barat, dan Jawa Tengah.

f. Alat Pemukul Kulit Kayu
Alat pemukul kulit kayu digunakan untuk memukul kulit kayu yang akan digunakan sebagai bahan pakaian. Adanya alat ini, membuktikan bahwa pada zaman neolithikum manusia pra-aksara sudah mengenal pakaian.



*Zaman Logam
Zaman logam adalah zaman dimana manusia sudah mengenal teknologi pertukangan secara sederhana. Pada masa ini manusia mulai mengenal logam perunggu dan besi. Pengolahan logam memerlukan suatu tempat dan keahlian khusus. Tempat untuk mengolah logam dikenal dengan nama perundagian dan orang yang ahli mengerjakan pertukangan logam disebut undagi. Maka zaman logam disebut juga zaman perundagian.
Secara umum, zaman logam dapat dibagi menjadi besi, perunggu dan tembaga. Namun untuk di Indonesia sendiri umumnya, logam yang digunakan adalah besi dan perunggu.

1.          Zaman Perunggu
Zaman perunggu atau yang dalam Bahasa Inggrisnya dikenal sebagai Bronze Age adalah periode sebuah kebudayaan yang berkembang dengan mengenal teknik peleburan bahan tembaga dari hasil bumi untuk menghasilkan perunggu.
Masa dimulainya zaman perunggu di setiap peradaban berbeda-beda. Semua itu bergantung pada kemajuan masing-masing kebudayaan.
Dimulainya zaman ini, merupakan pertanda peradaban modern mulai terbentuk. Pada masa ini, tulisan paku pertama atau yang biasa disebut kuneiform pertama kali ditemukan. Di masa ini pula, roda ditemukan untuk pertama kalinya oleh Bangsa Sumeria.

Sejarah Zaman Perunggu

·         6000 SM – Masyarakat kuno memanfaatkan tembaga. Beberapa benda kecil dari perunggu dibuat di Timur Tengah.
·         5500 SM – Sistem irigasi pertama kali muncul di Mesopotamia
·         4500 SM – Bajak dipakai pertama kali di Mesopotamia. Layar mulai pada perahu di Sungai Tigris dan Sungai Efrat.
·         3500 SM – Perkotaan pertama dibangun di Mesopotamia. Di sini orang mulai menggunakan perunggu. Mulailah zaman perunggu di Timur Tengah.
·         3500 SM – Tulisan gambar muncul di Mesopotamia.
·         2800 SM – Di lembah Sungai Indus timbul kebudayaan zaman perunggu, suatu peradaban India yang bertumpu pada pertanian.
·         2500 SM – Penggunaan perunggu menyebar ke Eropa.
·         2100 SM – Kota Ur di Sumeria mencapai puncak kejayaannya.
·         Sekitar 1600 SM – Zaman perunggu mulai di Cina. Bejana untuk upacara terbuat dari perunggu.
·         Sekitar 1200 SM – Kerajaan Asiria berdiri.
·         1000 SM – Besi menggantikan perunggu sebagai logam utama.

Peninggalan
1. Nekara
Nekara adalah semacam berumbung dari perunggu yang berpinggang di bagian tengahnya dan sisi atasnya tertutup. Nekara mirip dengan dandang (gendang) yang ditelungkupkan. Nekara digunakan sebagai alat dalam kegiatan upacara yang berfungsi sebagai genderang. Nekara banyak ditemukan di Indonesia khususnya Bali, Bima, Sumbawa, Pulau Alor, Pulau Jawa, Flores, Maluku, dll.
2. Kapak Corong
Kapak corong adalah benda dari perunggu yang mempunyai pangkal seperti ekor burung sriti dan bagian tengahnya berongga. Bagian tengah tersebut digunakan untuk menempatkan gagang. Kapak corong banyak ditemukan di Sumatra, Jawa, Bali, Sulawesi, Flores, Banda, dll.
3. Arca Perunggu
Arca perunggu yang berkembang memiliki bentuk yang beraneka ragam, seperti bentuk manusia dan binatang. Pada umumnya arca perunggu berukuran kecil dan dilengkapi cincin di bagian atasnya yang berfungsi untuk menggantungkan arca. Arca ini biasa digunakan sebagai liontin kalung. Arca perunggu banyak ditemukan di Riau, Palembang, Malang, dan Bogor.
4. Bejana Perunggu
Bejana perunggu hanya ditemukan dua buah di Indonesia yaitu di Sumatra dan Madura. Bejana perunggu berbentuk bulat panjang. Bejana ini dibuat dari dua lempengan perunggu yang cembung. Bejana yang ditemukan di Kerinci (Sumatra) berukuran panjang 50,8 cm dengan lebar 37 cm. Sementara yang ditemukan di Asemjarang, Sampang (Madura) mempunya ukuran tinggi 90 cm dan lebar 54 cm.
5. Perhiasan Perunggu
Perhiasan perunggu adalah perhiasan yang sangat populer pada zaman perunggu, baik dari golongan atas maupun bawah. Perhiasan tersebut berupa anting, giwang, kalung, gelang kaki, dll.

2.        Zaman Besi
Selaras dengan namanya, pada masa itu penggunaan besi sangat dominan. Besi banyak digunakan sebagai alat dan senjata. Penggunaan bahan ini banyak membawa perubahan pada masyarakat masa tersebut. Seperti pada bidang kepercayaan dan pola hidup.
Pada Zaman Besi, pertanian dan peternakan sudah berkembang. Masyarakat sudah mulai membudidayakan berbagai macam tanaman sekaligus hewan ternak. Alih-alih berbasis pada suku-suku kecil, kerajaan sudah mulai terbentuk pada zaman ini yang disertai dengan berbagai usaha penaklukan.Sementara mayoritas Asia dan Eropa sudah memasuki Zaman Besi, bagian dunia lain masih hidup nomaden sebagai pemburu-pengumpul, termasuk Amerika, sebagian besar Afrika, dan Australia. Perkakas pada Zaman Besi seperti pedang dan alat pertanian sebenarnya mirip dengan yang dihasilkan pada Zaman Perunggu. Bedanya, produk-produk tersebut terbuat dari besi sehingga lebih kuat dan tahan lama.

 Peninggalan
1. Mata Panah
Mata panah merupakan salah satu alat berburu nan dibuat pada zaman tersebut. Perkembangan mata panah pun memang terjadi seiring dengan budaya nan mengikutinya. Awalnya, mata panah dibuat dengan meruncingkan kayu menggunakan tulang. Batu kemudian pada zaman di mana besi telah bisa diolah buat dijadikan peralatan serta senjata , maka dibuat pula mata panah tersebut. Tentu saja hasilnya akan lebih baik dan awet jika dibanding dengan bahan standar sebelumnya.
Alat ini sering dipakai buat menangkap ikan ataupun berburu hewan-hewan lainnya. Mata panah ini banyak ditemukan di gua-gua dekat sungai. Loka inovasi alat tersebut salah satunya berada di Maros dan Kalumpang (Sulawesi Selatan). Inovasi alat nan terbuat dari besi tersebut di Sulawesi menandakan bahwa di Indonesia juga melewati Zaman Besi. Hal tersebut sebab tak semua negara melalui Zaman Besi, salah satunya Amerika Serikat. Negara tersebut mengenal besi setelah dikolonialisasi oleh Eropa.


2. Perhiasan
Selain peralatan berburu, besi pada zaman tersebut juga dibuat sebagai perhiasan. Hal tersebut bisa dibuktikan dengan banyak ditemukannya perhiasan nan diperkirakan oleh para peneliti dibuat pada Zaman Besi. Perhiasan seperti gelang dan manik-manik merupakan peninggalan pada Zaman Besi nan banyak ditemukan.


3. Mata Pisau
Mata pisau merupakan alat bernilai hemat tinggi. Mata pisau ini bisa digunakan sebagai pertahanan diri dari binatang buas . Berarti pisau ini juga memiliki kegunaan sebagai alat buat melindungi diri atau senjata nan berguna buat melindungi dari binatang buas nan pada waktu itu masih banyak ditemui.
Selain digunakan sebagai alat buat melindungi diri, mata pisau juga dijadikan sebagai alat buat mengumpulkan makanan. Bahan makanan dari hasil buruan maupun tanaman sekitarnya bisa dikumpulkan menggunakan mata pisau ini. Tentu dengan ditemukannya alat tersebut, akan memudahkan manusia buat mengolah makanannya. Alatnya tak terlalu besar seperti kapak, hanya tipis dan kecil, sehingga praktis digunakan.
Mata pisau juga digunakan sebagai alat buat membuat loka perlindungan. Loka konservasi nan dimaksud dapat berupa rumah. Dengan mata pisau, dapat menggunakannya buat mengumpulkan tanaman nan dapat dijadikan atap maupun alas buat loka perlindungannya. Alat ini rupanya sangat multiguna.


4. Mata Sabit
Besi juga dapat dibuat sebagai mata sabit. Mata sabit ditemukan pada zaman besi diduga digunakan sebagai menyabit tumbuhan. Kegunaannya hampir sama dengan mata pisau. Alat ini hanya sedikit besar dibanding dengan mata pisau. Sampai saat ini, sabit masih digunakan sebagai alat pertanian.


5. Mata Pedang
Pedang pertama kali diperkirakan dipakai oleh bangsa Hittie, Myceania, Yunani, dan Proto-Celtit Halstatt. Besi pada waktu itu memang tersedia dalam jumlah nan banyak. Tidak heran jika kemudian manusia nan mulai berkembang akal pikirannya mengubah biji besi menjadi peralatan perang dari besi. Pembuatan pedang awalnya memiliki kualitas nan sangat buruk. Bahkan, hasil dari besi terbaik membuat sebuah pedang nan lebih buruk dari perunggu.
Setelah melakukan beberapa penelitian, maka ditemukanlah campuran pembuatan pedang besi agar tak mudah ringkih dan lunak. Karbon merupakan bahan tambahan nan dipercaya akan membuat besi menghasilkan pedang dengan kualitas bagus. Saat ini, besi campuran karbon tersebut dikenal dengan besi baja. Pada zaman ini pula, ditemukan bagaimana pola membuat pedang .
Pedang merupakan peralatan perang nan memiliki prastise tinggi. Pedang biasanya dibuat lebih panjang. Pedang juga dapat dibuat bermata dua maupun bermata tunggal. Pedang juga memiliki beberapa jenis, di antaranya pedang bermata ganda, pedang bermata tunggal, pedang satu tangan, serta pedang dua tangan.

Manusia Purba
Manusia Purba adalah jenis manusia pada zaman prasejarah, manusia purba memiliki jenis-jenis dan ciri-ciri masing-masing dari ciri-ciri tersebut dapat ditemukan jenis manusia purba ini dan dari Penelitian manusia purba dilakukan dengan mengadakan peneliatian penggalian wilayah yang diperkirakan sebagai tempat hidup manusia purba. Penggalian itu menghasilkan temuaberupa sisa-sisa tumbuh-tumbuhan, hewan, dan manusia yang sudah membantu (fosil). Fosil tumbuhan, hewan dan manusia itu ditemukan di lapisan bumi tertentu. Dengan mengetahui umur lapisan bumi, dapat ditemukan umur fosil.

I. JENIS MANUSIA PURBA DAN CIRI-CIRINYA
  
Penelitian fosil manusia purba di Indonesia dimulai pada akhir abad ke-19 Tokoh penelitian manusia purba di Indonesia adalah Eugene Dubois. Keberhasilannya menemukan fosil atap tengkorak di Trinil (tahun 1891) menjadi bagian penting dalam sejarah palaeoantropologi. Peristiwa itu sekaligus mengawali serangkaian penelitian fosil manusia purba di Indonesia.

A. MEGANTHROPUS PALAEOJAVANICUS

Meganthropus Palaeojavanicus:  manusia raksasa  dari Jawa kuno.

 Fosil manusia purba ini adalah jenis paling tua yang pernah ditemukan di Indonesia. Penemunya adalah Ralph von Koenzgswald di Fosil yang ditemukan berupa rahang bawah dan atas gigi lepas. Dengan cara stratigrafi diketahui fosil tersebut berada pada lapisan Puçangan. Berdasarkan umur lapisan tanah, diperkirakan fosil Megantropus Paleojavanicus berumur 1-2 juta tahun.

Ciri-ciri Meganthropus Palaeojavanicus
§  Berbadan tegap dengan tonjolan tajam di belakang kepala.
§  Bertulang pipi tebal, dengan tonjolan kening yang mencolok.
§  Tidak berdagu.
§  Otot kunyah, gigi, dan rahang besar dan kuat.
§  Makanannya jenis tumbuh-tumbuhan.

B. PITHECANTHROPUS


Pithecanthropus: Manusia Kera 

Fosil manusia purba jenis Pithecantropus adalah jenis manusia purba yang paling banyak ditemukan di Indonesia. Dengan cara stratigrafi, diketahui fosil tersebut berada pada lapisan Pucangan dan Kabuh. Berdasarkan umur lapisan tanah, diperkirakan fosil Pithecanthropus amat bervariasi umumya, antara 30.000-2 juta tahun.

Ciri-ciri Pithecantropus 
§  Tinggi tubuhnya kira-kira 165 - 180 cm.
§  Badan tegap, namun tidak setegap Meganthropus.
§  Tonjolan kening tebal dan melintang sepanjang pelipis.
§  Otot kunyah tidak sekuat Meganthropus.
§  Hidung lebar dan tidak berdagu.
§  Makanannya bervariasi tumbuhan dan daging hewan buruan.

Jenis-Jenis Pithecanthropus
1. Pithecanthropus Mojokertensis (manusia kera dari Mojokerto)
Fosil manusia purba jenis ini ditemukan oleh Von Koenigswald di dekat Mojokerto , jawa timur, pada  tahun 1936. Fosil berupa tengkorak. Fosil tersebut disebut jugaPithecanthropus Robustua..
  
2. Pithecanthropus Erectus (manusia kera yang berjalan tegak)
Fosil manusia purba jenis ini ditemukan oleh Eugene Dubois pada tahun 1890 di Trinil, Lembah Bengawan Solo. Fosil berupa tulang rahang, bagian atas tengkorak. geraham, dan tulang kaki. 

3. Pithecanthropus Soloensis (manusia kera dari Solo)
Fosil manusia purba jenis ini ditemukan oleh von Koenigswald dan Openorth di Ngandong dan Sangiran, di tepi Bengawan Solo, antara tahun 1931 - 1933. Fosil berupa tengkorak dan tulang kering.

C. HOMO
Homo: manusia
Fosil manusia purba jenis homo adalah paling muda dibandingkan fosil manusia purba jenis lainnya. Disebut juga homo Erectus (manusia berjalan tegak) atau Homo Sapiens (manusia cerdas /bijaksana). Dengan cara stratigrafi, diketahui fosil tersebut berada pada lapisan Notopurpo. Berdasarkan umur lapisan tanah, diperkirakan fosil Homo amat bervariasi umurnya, antara 25.000-40.000 tahun.

Ciri-ciri Homo
§  Tinggi tubuh 130 - 210 cm.
§  Otak lebih berkembang daripada Meganthropus dan Pithecanthropus.
§  Otot kunyah, gigi, dan rahang sudah menyusut.
§  Tonjolan kening sudah berkurang dan sudah berdagu.
§  Mempunyaj ciri-ciri ras Mongoloid dan Austramelanosoid

Jenis-Jenis Homo
1. Homo Soloensis (manusia dan Solo)
Fosil manusia purba jenis ini ditemukan Von Koenigswald dan Weidenrich pada tahun 193-1934 dilembah Bengawan Solo. Fosil yang ditemuka berupa tengkorak. Dari Volume Otaknya, bukan lagi manusia kera ( Pithecantropus) 
2. Homo Wajakensjs (manusia dan Wajak)
Fosil manusia purba jenis ini ditemukan oleh Dubois pada tahun 1889 di daerah Wajak dekat Tulungagung. Manusia jenis ini sudah mampu membuat alat-alat dan batu maupun tulang. Mereka juga telah mengenal cara memasak makanan.


JENIS MANUSIA PURBA DI LUAR INDONESIA

Selain di Indonesia, fosil manusia purba juga ditemukan di luar Indonesia, seperti di Cina, Eropa, dan Afrika. Fosil manusia purba di luar Indonesia adalah sebagai berikut.

A.  Australopithecus Africanus
      Fosil manusia purba jenis ini ditemukan di Taung, dekat Vryburg, Afrika Selatan. Fosil ini ditemukan oleh Raymond Dart, pada tahun 1924. Diperkirakan manusia jenis ini hidup 2-3 juta tahun yang lalu.

B. Sinanthropus Pekinensis
      Fosil manusia purba jenis ini ditemukan di gua Choukoutien, Peking (sekarang Beijing), RRC. Fosil ini ditemukan oleh Davidson Black pada tahun 1927. Manusia purba jenis ini termasuk homo sapiens sehingga sering kali disebut juga disebut Homo Pekinensis.

C. Homo Neanderthalensis
     Fosil manusia purba jenis Ini ditemukan di lembah sungai Neander, dekat Dusseldorf, Jerman, oleh Rudolf Virchow.  Ciri-ciri manusia purba ini mendekati ciri-ciri Homo Wajakensis. 

D. Homo Rhodesiensis
     Fosil manusia purba jenis ini ditemukan oleh Raymond Dart dan Robert Brom pada tahun 1924 di gua Broken Hill, Rhodesia (sekarang menjadi Zimbabwe).

E. Homo Cro-Magnon
      Fosil manusia purba jenis ini ditemukan di gua Cro-Magnon, dekat Lez Eyzies, sebelah barat daya Prancis. Fosil tersebut pertama kali ditemukan pada tahun 1868. Ciri-ciri manusia purba jenis ini mendekati ciri-ciri manusia modern.




Source :