Ada banyak kerajaan bercorak Hindu-Buddha di Indonesia. Kali
ini, saya mendapat tugas untuk menceritakan salah satu dari sekian kerajaan
besar yang ada di Indonesia ini. Dan... saya memilih Kerajaan Singasari.
Alasannya? Yap, kerajaan ini memiliki cerita yang cukup rumit dan penuh
konflik. Cerita yang ada di dalamnya sangat menarik dan mengandung banyak nilai
moral untuk kita semua.
Oke, cerita dimulai.
Dahulu, sekitar tahun 1222 kerajaan ini didirikan oleh seorang pemuda bernama
Ken Arok. Kerajaan ini tidak didirikan dengan mudah begitu saja. Ada banyak hal
dan berbagai ‘tipu muslihat’ yang dilakukan sebelum kerajaan ini didirikan.
Alkisah, dahulu, ada seorang pemuda bernama Ken Arok. Ayahnya
sudah meninggal sebelum ia lahir. Dan ibunya...ia membuang Ken Arok ketika
lahir di pemakaman. Ken Arok pun diasuh oleh seorang pencuri bernama Lembong.
Ketika ia beranjak usia, Ken Arok tumbuh sebagai seorang pencuri yang sangat
lihai dan suka berjudi. Lembong pun terbebani oleh banyak hutang karenanya.
Oleh sebab itu, Lembong di kemudian hari mengusir Ken Arok. Ken Arok kemudian
diasuh oleh serorang gembong judi bernama Bango Samparan. Namun, Ken Arok tidak
betah hidup bersama istri tua dari Bango Samparan. Ia kemudian berteman dekat
dengan Tita, anak kepala desa. Bersamanya ia berdua dikenal sebagai duo rampok
yang ditakuti masyarakat.Hal ini terus berlanjut hingga akhirnya ia bertemu
Lohgawe seorang pendeta dari India yang menganggap Ken Arok adalah titisan
Wisnu.
Berkat bantuan Lohgawe, Ken Arok bisa bekerja sebagai
pengawal dari Tunggul Ametung, seorang camat-istilah zaman kini- di
daerah Tumapel. Tunggul Ametung memiliki seorang istri yang sangat cantik yang
bernama Ken Dedes. Ia menikahinya setelah menculiknya dari ayahnya Ken Dedes,
Mpu Purwa yang merupakan seorang pendeta
Buddha. Ayahnya Ken Dedes kemudian mengutuk siapapun yang menculik Ken
Dedes kelak akan terbunuh oleh kecantikan Ken Dedes.
Kembali ke Ken Arok. Layaknya pria pada umumnya, ia juga
terpesona oleh kecantikan Ken Dedes. Hal itu membuatnya ingin memiliki Ken
Dedes. Keinginan untuk memilikinya ini semakin besar ketika ia secara tak
sengaja melihat kaki dari Ken Dedes yang bersinar. Hal itu disebutkan merupakan
pertanda dari seseorang yang akan melahirkan raja-raja besar di kelak hari.
Ken Arok pun merencanakan pembunuhan pada Tunggul Ametung.
Pembunuhan ini berjalan lancar dengan memanfaatkan orang bernama Kebo Ijo dan
senjata berupa keris Mpu Gandring. Namun, keris Mpu Gandring itu juga membawa
kutukan bagi Ken Arok. Karena, usut punya usut, ketidaksabaran Ken Arok dalam
menunggu masa pembuatan keris membuatnya membunuh sang Mpu dan membuat Mpu
tersebut melontarka kutukan yang menyatakan keturunan Ken Arok kelak akan
terbunuh oleh keris tersebut.
etelah berhasil menyingkirkan Tunggul Ametung, Ken Arok
menikahi Ken Dedes. Ia kemudian berniat melepaskan Tumapel dari Kadiri. Nah, di
tahun 1254, terjadi konflik antara Kertajaya dan kaum Brahmana. Kaum Brahmana
ini nih, dipimpin oleh Ken Arok. Konflik dimenangkan oleh pihak Ken Arok.
Di kemudian hari, Ken Arok terbunuh oleh anak dari Tunggul Ametung
dan Ken Dedes, Anusapati. Ia terbunuh dengan keris yang ia gunakan untuk
membunuh Tunggul Ametung. Dan nantinya, Anusapati akan dibunuh oleh anak dari
Ken Arok yang mendendam mengetahui ayahnya terbunuh, yakni Tohjaya.
Kerajaan Singasari mencapai masa kejayaan pada masa
pemerintahan Kertanegara. Ia berhasil melakukan ekspansi ke luar Jawa. Pada tahun 1275 ia mengirim pasukan
Ekspedisi Pamalayu untuk menjadikan Sumatra sebagai benteng pertahanan dalam
menghadapi ekspansi bangsa Mongol. Saat itu penguasa Sumatra adalah Kerajaan
Dharmasraya (kelanjutan dari Kerajaan Malayu). Kerajaan ini akhirnya dianggap
telah ditundukkan, dengan dikirimkannya bukti arca Amoghapasa yang dari
Kertanagara, sebagai tanda persahabatan kedua negara. Pada tahun 1284, Kertanagara juga
mengadakan ekspedisi menaklukkan Bali. Pada tahun 1289 Kaisar Kubilai Khan
mengirim utusan ke Singhasari meminta agar Jawa mengakui kedaulatan Mongol.
Namun permintaan itu ditolak tegas oleh Kertanagara. Nagarakretagama
menyebutkan daerah-daerah bawahan Singhasari di luar Jawa pada masa Kertanagara
antara lain, Melayu, Bali, Pahang, Gurun, dan Bakulapura.
Setiap hal
memiliki kelebihan dan kekurangan. Termasuk Kerajaan Singasari ini. Kelebihannya,
well...
Keberanian yang dimiliki Kerajaan Singasari ini patut diacungi jempol.
Kerajaan ini dengan berani melawan perintah tunduk yang dibawa oleh Kerajaan
Mongol. Selain itu, kerajaan ini juga dengan hebatnya berani memulai ekspansi
ke luar daerah selain Jawa. Sedangkan untuk kekurangannya. Cukup jelas kan ya?
Kerajaan ini memiliki cerita yang cukup ironis dengan tragedi tragedi yang ada
di dalamnya. Udah kayak sinetron aja malah. Bercanda kok. Konflik antar saudara
di dalamnya jelas menunjukkan betapa tidak bersatunya kerajaan ini. Duh.
Padahal kan, kalo bersatu lebih baik kan ya? Mungkin saja kalau tidak ada
konflik seperti ini, maka mereka bisa jauh lebih hebat lagi.
Nah, sekilas
membaca mengenai Kerajaan Singasari ini, ada beberapa nilai moral yang bsia
kita ambil dari kerajaan Singasari. Balas dendam, haus kekuasaan, dan
keserakahan hanya akan membawa kita pada kehancuran. Hal ini terpampang jelas
pada kisah dari kerajaan ini. Dan sudah sepatutnya kita belajar agar hal
seperti ini jelas tidak terulang di masa-masa yang akan datang pada kehidupan
kita. Yakan?