Saturday, September 26, 2015

Gerakan 30 September

Gerakan 30 September atau lebih dikenal dengan istilah G30S adalah peristiwa yang terjadi pada malam 30 September sampai awal tanggal 1 Oktober dimana tujuh perwira TNI Angkatan Darat dibunuh pada percobaan kudeta kepada presiden yang kemudian dituduhkan pada Partai Komunis Indonesia. Kejadian ini juga dikenal dengan istilah Gestok (Gerakan Satu Oktober) dan juga Gestapu (Gerakan September Tiga Puluh).

Latar Belakang

Partai Komunis Indonesia, atau biasa disebut dengan PKI adalah nama yang erat terkait dengan kejadian ini. Pada masa demokrasi terpimpin, PKI terkenal dekat dengan Soekarno yang notabene adalah Presiden Indonesia pada masa itu karena konsep yang dijunjung olehnya, yaitu, Nasakom – Nasionalis, Agama dan Komunis.
Selain dekat dengan Soekarno, PKI menjalin hubungan yang baik dengan kaum borjuis nasional. Bersama, mereka menekan aktvitas independen kaum buruh dan petani. Pada saat itu, masalah-masalah politis dan ekonomi bermunculan, pendapatan ekspor menurun dan  korupsi mewabah dimana-mana.
Pada tahun 1965 PKI memberi saran pada Soekarno untuk membentuk angkatan kelima, yaitu, sebuah angkatan bersenjata diluar ABRI. Hal ini dilatarbelakangi oleh tawaran 100.000 pucuk senjata api jenis chung oleh Perdana Menteri RRC saat itu, Zhou Enlai. Terang saja, ide pembentukan angkatan kelima itu ditolak mentah-mentah oleh para petinggi angkatan darat. Mereka berpendapat masalah yang berkaitan dengan militer masih dapat diurus oleh TNI, jadi untuk apa angkatan kelima? Hal ini, kemudian menimbulkan kecurigaan antara PKI dan angkatan darat.
Faktor-faktor lain yang juga mempengaruhi gerakan ini juga sudah mulai terlihat semenjak tahun 1963. Provokasi yang dilakukan oleh PKI menyebabkan banyak bentrok antara para petani dan buruh dengan polisi dan militer. Hasutan PKI juga yang menyebabkan gerakan merampas tanah oleh ribuan petani  pada akhir tahun 1964 menuju awal 1965 karena terdorong oleh propaganda PKI yang menyatakan tanah negara adalah milik bersama.
Pada tahun 1964 sampai menjelang meletusnya G30S, beredar isu bahwa Soekarno sakit. Terang saja hal ini menimbulkan keributan megenai siapa yang akan memimpin  jika Soekarno meninggal dunia. Padahal, sebenarnya, saat itu Soekarno hanya sakit ringan.
Peristiwa “ Ganyang Malaysia “ juga menjadi salah satu faktor G30S, angkatan darat yang saat itu menanggapi dengan dingin instruksi Soekarno untuk mengkonfrontasi Malaysia karena beranggapan Malaysia yang dibantu Inggris tentu akan menjadi kesulitan tersendiri. Sementara itu, di lain pihak, PKI merupakan pendukung terbesar gerakan Ganyang Malaysia. Sehingga, otomatis, Soekarno yang saat itu berpendirian teguh untuk melaksanakan gerakan ini, menjadi lebih dekat dengan PKI.

Peristiwa

Pada 1 Oktober 1965 dini hari, enam jenderal senior dan beberapa orang lainnya dibunuh dalam upaya kudeta yang disalahkan kepada para pengawal istana (Cakrabirawa) yang dianggap loyal kepada PKI dan pada saat itu dipimpin oleh Letkol. Untung. Panglima Komando Strategi Angkatan Darat saat itu, Mayjen Soeharto kemudian mengadakan penumpasan terhadap gerakan tersebut. Oleh Soeharto, penumpasan dilakukan dengan cara membunuh semua yang terkait dengan PKI.
Korban dari peristiwa ini adalah :
  • Letjen TNI Ahmad Yani (Menteri/Panglima Angkatan Darat/Kepala Staf Komando Operasi Tertinggi)
  • Mayjen TNI Raden Suprapto (Deputi II Menteri/Panglima AD bidang Administrasi)
  • Mayjen TNI Mas Tirtodarmo Haryono (Deputi III Menteri/Panglima AD bidang Perencanaan dan Pembinaan)
  • Mayjen TNI Siswondo Parman (Asisten I Menteri/Panglima AD bidang Intelijen)
  • Brigjen TNI Donald Isaac Panjaitan (Asisten IV Menteri/Panglima AD bidang Logistik)
  • Brigjen TNI Sutoyo Siswomiharjo (Inspektur Kehakiman/Oditur Jenderal Angkatan Darat)
Target utama saat itu, Jenderal TNI A.H Nasution justru selamat setelah berhasil melarikan diri menuju kedubes asing di dekat rumahnya begitu ia melihat sekelompok orang bersenjata di depan rumahnya. Pada saat itu, ajudannya, Letu Pierre Tendean yang menggantikannya untuk menemui kelompok bersenjata tersebut dan mengaku bahwa ia adalah A.H Nasution. Kelompok bersenjata tersebut yang ternyata tidak mengenal  A.H Nasution, percaya dan akibatnya Pierre Tendean pun terbunuh dan menjadi korban dalam insiden ini. Begitu pula dengan putri dari A.H Nasution, ia terbunuh dalam upaya pembunuhan terhadap ayahnya.
Para korban tersebut kemudian dibuang ke suatu lokasi di Pondok Gede, Jakarta yang dikenal sebagai Lubang Buaya. Mayat mereka ditemukan pada 3 Oktober.
Selain itu beberapa orang lainnya juga turut menjadi korban:
Peristiwa ini menyebabkan jatuhnya rezim Soekarno dan gerakan anti PKI di banyak tempat. Orang-orang  yang dikenal sebagai anggota, pendukung, simpatisan PKI diburu dan dimasukkan ke kamp tahanan untuk diinterogasi dan kemudian dibunuh. Sebuah perkiraan menyebutkan sekitar 500.000 orang menjadi korban. Perkiraan lain mengatakan bahwa korbab menyentuh angka tiga juta jiwa.    Dihasut dan dibantu oleh tentara, kelompok-kelompok pemuda dari organisasi-organisasi muslim sayap-kanan seperti barisan Ansor NU dan Tameng Marhaenis PNI melakukan pembunuhan-pembunuhan massal, terutama di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Ada laporan-laporan bahwa Sungai Brantas di dekat Surabaya menjadi penuh mayat-mayat sampai di tempat-tempat tertentu sungai itu "terbendung mayat". Bahkan majalah Times kala itu memberitakan mengenai hal ini.


Pendapat
                Sebelum saya belajar dengan rinci mengenai insiden G30S ini, saya mengira bahwa PKI adalah satu-satunya pihak yang patut disalahkan. Padahal, ada banyak pihak yang terlibat. Teori umum mengatakan bahwa pihak yang terlibat ada lima, yakni PKI, Soekarno, Soeharto, CIA dan Angkatan Darat. Saya pribadi tidak menunjuk salah satunya menjadi pihak yang bertanggung jawab dalam peristiwa tragis tersebut. Karena, menurut saya, hingga saat ini masih belum jelas siapa yang menjadi dalang. Menunjuk salah satu pihak sebagai pihak yang bertanggung jawab hanya akan membuat teori konspirasi. Sampai kapan rahasia peristiwa ini akan ditutup-tutupi? Who knows.






 notes : posting-an ini dibuat sebagai sarana pembelajaran tanpa ada maksud menjatuhkan salah satu pihak.